Recents in Beach

Tradisi Perang Pandan

Tradisi Perang Pandan Desa Tenganan Pegeringsingan. 
Sumber Youtube NDTTV
Desa Tenganan Pegeringsingan atau yang terkenal dengan sebutan Desa Bali Aga atau Bali asli adalah sebuah desa tradisional yang terletak di kabupaten Karangasem sekitar 65 kilometer dari Denpasar. Desa dengan adat-istiadat yang kuat ini mempunyai sebuah tradisi tahunan Mekare-kare atau Perang Pandan yang banyak menarik wisatawan dalam dan luar negeri.

Sebelum perang pandan di mulai,
seluruh warga setempat berkumpul di sebuah bale panjang yakni tempat dimana gadis--gadis dan laki--laki berdiri dengan pakaian khas tradisional. Sementara di atas panggung, kaum laki-laki peserta perang pandan siap dengan segenggam daun pandan berduri dan tameng dari rotan, pertanda perang akan dimulai.

Saatnya pertarungan di mulai.............



Mereka saling serang, berusaha untuk mendekati dan memeluk lawan dengan menggesekkan pandan berduri ke tubuh musuh, diiringi dengan Gamelan Selonding musik khas desa setempat. Tak jarang tubuh mereka sampai terluka mengeluarkan darah kena sabetan duri pandan yang tajam.

[Putu Wawan, Peserta]
"Perasaan ya masih dalam hubungan saudara dengan Tenganan Pegringsingan, saya dari Tenganan Dauh Tukad ya.. istilah Balinya ngayah, paling lukanya satu minggu sudah hilang dengan diolesi ramuan khusus berupa kunyit, cuka, arak dan lengkuas.

[Salvatore, Peserta]
"Rasanya sangat sakit durinya masuk ke dalam kulit, tapi saya merasa senang, saya mau ikut tahun depan karena sangat menantang."

Menurut tokoh adat setempat Ketut Sudiastika, ritual tahunan ini bertujuan menghormati dewa perang mereka yaitu Dewa Indra dan sekaligus mempererat persahabatan antara warga desa setempat.

[ Ketut Sudiastika , Tokoh Adat]
"Justru dengan adanya perang pandan ini adalah, selain bertujuan untuk mempersembahkan kepada yang di atas, juga hubungan antara sesama manusia, adanya pengikat kasih, untuk memperoleh sahabat baru dan tidak ada rasa dendam, bahkan selesai perang pandan mereka, melakukan megibung atau makan bersama."

Sebagai wujud kebersamaan, usai perang pandan para peserta diikutsertakan dalam tradisi megibung atau makan bersama. Mereka terlihat akur bersaudara, tidak ada dendam walaupun tubuh mereka sampai terluka.

Ketut Suyasa melaporkan untuk NTD News dari Bali
Suksma ring Pak Ketut Suyasa sampun ngicenin rare-angon posting ring blog puniki

Posting Komentar

2 Komentar